Puding Susu Yang Bengkok

Parent Category: Artikel
Created on Friday, 12 February 2010 07:28
Last Updated on Thursday, 12 April 2012 06:13
Published Date
Written by Administrator
Hits: 1064

Pada suatu waktu, hiduplah dua anak yang sangat miskin. Mereka hidup dengan meminta-minta makanan dari satu rumah ke rumah lain di desa. Satu dari mereka buta sejak lahir dan yang satu membantunya; setiap hari mereka berkeliling meminta makanan.

Suatu hari anak yang buta jatuh sakit. Temannya berkata, “Kamu istirahat saja. Aku akan mencarikan makanan buatmu.” Lalu dia pergi.

Hari itu anak tersebut cukup beruntung, dia ditraktir oleh seseorang untuk makan puding susu yang sangat lezat. Dia belum pernah mencicipi makanan semacam ini dalam hidupnya dan dia sangat menikmatinya.

Ketika anak itu pulang menemui temannya yang buta, ia menceritakan pengalamannya, “Tadi aku ditraktir makan puding susu yang sangat lezat, tapi sayang aku tidak bisa membawakannya untukmu.”

Si anak buta bertanya, “Puding susu itu seperti apa sih?”
Jawab temannya, “Oh itu, putih-putih… susu itu putih.”

Karena buta sejak lahir, dia tidak paham, “Putih itu apa?”
“Kamu tidak tahu putih itu seperti apa?”

“Tidak tahu.”
“Putih itu kebalikannya hitam.”

“Hitam? Apa itu apa hitam?”
“Ya, ampun…, sudah, coba kamu pahami putih itu saja deh!”

Si anak buta tetap aja belum mengerti. Lantas temannya melihat seekor burung bangau putih dan menangkapnya. Ia menyerahkan bangau putih itu kepada temannya yang buta, “Nah, putih itu seperti ini.”

Si anak buta menyentuh bangau itu, “O, aku tahu, putih itu lembut.”
“Bukan! Bukan! Itu tidak ada hubungannya. Putih ya putih!”

“Tapi kamu bilang putih itu seperti bangau ini. Aku merasakan bangau ini lembut. Jadi puding susu itu lembut. Putih itu lembut.”
“Bukan begitu… kamu keliru. Coba lagi…”

Kembali si anak buta memeriksa bangau itu, dia menyapukan tangannya dari paruh, ke leher, ke badan, sampai ke ujung ekor bangau. Akhirnya dia bersorak kegirangan, “Aah, aku tahu sekarang! Putih itu bengkok! Puding susu itu bengkok!”

Si anak tidak bisa memahami karena dia tidak punya kemampuan untuk mengalami warna putih itu seperti apa adanya. Demikian pula kita jika tidak mengembangkan kemampuan untuk mengalami Kebenaran. Kebenaran bisa bengkok!

joomla 2.5